Jauh dalam dirku bersemayam sebuah belantara
dengan pohon-pohon, belukar, rerambatan
serta binatang yang belum lagi menyandang nama
di sana kutinggal
terkadang sebagai seorang petapa, yang membenci kata-kata
atau Sita di hutan Dandaka; menunggu Rahwana menculikku
atau Rama membebaskanku
atau aku adalah segumpal tanah yang menanti sebentuk kata
lalu mengutukku menjadi Manusia.
sebatang sungai mengalir dari sana
dengan air yang diperas dari langit
diperam oleh akarakar, daun-daun yang membusuk, juga guguran benih
kadang aku terperangkap dalam bongkah bebatuan
atau menetes dari pucuk-pucuk stalaktit
kubayangkan bahwa sungai itu akan mengalir ke dataran di bawah sana
menjelma bendungan, kanal, dan parit-parit.
ia akan menjadi Nil, Indus, Yang-Tze, Eufrat, Tigris..
tapi yang temukan seringkali ia hanya sebutir air di pucuk daun
atau sebentuk kolam tempat seekor katak buruk tinggal
bahkan cuma genangan di kelopak Nepenthes
tempat ku sendiri terperangkap sebagai serangga sekarat
sungguh kuingin menguasai kata-kata, mengumpulkan dan menernakkannya,
beranak pinak menjadi sekumpulan hewan yang bisa kupanen sewaktu-waktu
tapi seringkali akuah yang digembalakannya, dibanding sebaliknya
musim menghampiri ku dengan kata-kata
membuatku hamil
dan memaksaku melahirkan sajak-sajak **
Susy Ayu
14 Juni 2010
Kutorehkan ini, pada Rahim kata-kataku