Label

Jumat, 07 Mei 2010

LAKI LAKI YANG MENCINTAIKU


apa yang akan kau lakukan padaku, Mas
ketika pertama kali kita akan bertemu lagi?

kaulihat aku duduk di sini, di bangku fiber itu, keras, dingin , berwarna plastik.
dari jauh, kau akan sudah mencium bauku
di tubuhku, melekat tujuh ratus kilometer pencarianmu,
bau besi layu, debu, keringat, debar jantungmu, kerinduanmu
di seberang pagar, Monas, tegak di atas Indonesia Raya yang terus menerus murung.

aku seperti Jakarta. Bersolek terus menerus namun tak kunjung bahagia.

aku akan menyapamu,
mungkin dengan gugup, barangkali juga dengan degup
dalam genggamanmu,
kau tahu dalam diriku ada yang terus bersiap untuk meletup

lalu, Jakarta akan menenggelamkan kita
di dalam taxi tangan kita bergenggaman
hatimu yang lesu, sebab kau tahu barangkali tiap kelokan tengah mengawasiku
di balik jendela, terpisah dari udara AC,
Jakarta menggeram dan terengah;
kemana, dimana Jakarta akan menyembunyikan kita?

ingin kau bawa aku pergi dari sini, dari reruntuhan itu;
di bawah lampunya yang gemerlap aku  tidak berbahagia
pergi, pergilah kita dari sana.
bersamamu kita putari bumi,
seperti Columbus yang bertaruh dengan sebutir telur.
kita pergi dari sini,
ke tempat burung-burung bercakap,
dan tak ada yang terjadi di luar lapar dan birahi.

di bawah Pancoran, hatiku ngungun
laki-laki gagah dan tegap itu,
pada siapakah api yang nyala di tangannya itu hendak menerangi?
Meluncur di jalan tol,
menggenggam tanganku,
membaui ubun-ubunku,
dadaku yang padat,
tubuhku yang lembut,
kausapa Jakarta.
Jakarta yang kau benci,
Jakarta yang menyembunyikanku
Jakarta yang menyembunyikan kita
Di bawah ketiaknya orang-orang berkerumun
untuk hidup yang terlalu berlendir untuk dibela;
Jakarta, Kramat Sentiong, Stasiun Tanah Abang, Tanjung Priok, Bekasi,
di sana kah kita akan bercinta?

aku ingin kau hamili di Tambi,
di bawah perdu teh, tidak di sini.
aku ingin hamil, ketika kita bercinta di rerumputan,
di semak-semak seperti binatang tak jauh dari belibis yang berenangan, di Ranu Kumbolo.
juga di rumahmu kelak, tempat dua ekor koki berenangan di akurium dan hujan turun di luar.
Tidak, tidak di Jakarta  **

Susy Ayu

(feb 09)

2 komentar: